Ohayou!
Kali ini saya postingkan cerita lima pangeran di sini.
Comment please…
AURA NEGATIF
Di dalam pikiran Elena, telah terjadi pertarungan yang hebat. Langit menjadi gelap. Aura jahat mengelilingi tempat itu. Hanif berlari ke tempat itu. Ia berharap dirinya tak terlambat. Kemudian ia mencium bau darah. Fisaratnya mengatakan ada hal buruk yang terjadi.
Seandainya aku tidak pergi untuk mengecek spiritual Elena… Pikiran Hanif masih dihantui perasaan bersalah, Mungkin salah satu dari kami tidak ada yang terluka.
Di depan matanya, terdapat tiga pangeran yang tak sadarkan diri. Ia berlari menghampiri ketiga pangeran itu.
"Brilliant! Ganevo! Vero! Apa yang terjadi dengan kalian?" Hanif mengguncang-guncangkan tubuh sahabatnya. Tak ada respon dari mereka bertiga.
"Aku terlambat," gumamnya. "Ada seseorang yang telah melukai sahabat-sahabatku."
Hanif menghela nafas panjang. Ia menatapi ketiga wajah ketiga pangeran satu persatu.
Aku harus cepat mengobati mereka. Batinnya.
Hanif mencoba mengobati sahabatnya dengan kekuatan elemen cahayanya. Dan setelah selesai mengobati mereka bertiga, Brilliant mulai bergerak sedikit demi sedikit, meskipun masih lemah.
"Syukurlah, kau sudah sadar…" Hanif menatap Brillliant yang bangun dari pingsannya.
"Hanif? Kamu datang sendiri?" Brilliant terkejut melihat Hanif. Hanif mengangguk.
"Sebenarnya, apa yang terjadi dengan kalian?"
"Itu karena…."
"Karena Qorin. Kami telah bertarung dengannya." Ganevo memotong perkataan Brilliant. Hanif mencoba mengingat-ingat siapa Qorin.
"Qorin?"
Brilliant mengangguk. "Dia adalah sifat negatif Elena yang terbentuk dari pola pikirnya."
Sementara Vero bangun dengan lemah. Sesaat ia melihat teman-temannya dengan wajah bingung.
"Aduh… dimana aku? Kok langitnya jadi gelap?" kata Vero sambil memegang kepalanya.
"Kamu tidak apa-apa, Ro?" Tanya Hanif cemas. Vero menggeleng.
"Dari tadi aku tidak melihat Ferynz. Apa kalian bersama dengan Ferynz?" Tanya Hanif. Brilliant hanya mengangkat bahu. Ganevo dan Vero menggeleng.
"Aku pikir dia bersamamu. Sayangnya, alat detektorku mendadak error. Aku tidak bisa mengetahui dimana keberadaan Ferynz." Jawab Brilliant.
Hanif menggeleng. "Aku juga tidak tahu dimana keberadaan Ferynz. Jadi, dia belum selesai mengecek keadaan emosional Elena." Hanif menatap lekat ketiga pangeran. "Bagaimana kalian bisa tak sadarkan diri?"
Brilliant menghela nafas,"Ceritanya panjang."
****
3 JAM YANG LALU
Brilliant, Vero dan Ganevo mencari dimana Ferynz dan Hanif. Langit mulai gelap. Brilliant mengutak-atik alat detektornya yang tiba-tiba hang.
"Brili, Apa alat detektormu sudah tidak error lagi?" Tanya Ganevo.
"Masih error, Vo. Sepertinya ada aura jahat yang merusak sistem kerja alat detektor ini."Jawab Brilliant.
Vero mulai mengeluh, "Brili, kalau kita mencari dengan cara seperti ini akan memakan waktu lama!"
Ganevo menyikut Vero, "Bersabarlah!"
Brilliant masih mengutak-atik alatnya, "Aku tidak tahu bagaimana menetralisir aura jahatnya. Aura jahat ini semakin lama semakin kuat."
"Tunggu!" Ganevo berhenti berjalan. "Sepertinya itu…."
"Qorin!" seru ketiganya.
Benar saja. Dihadapan mereka, Qorin sedang mencoba memberikan sugesti negatif kepada Elena. Ganevo menyerang Qorin dari belakang. Qorin menghentikan ritualnya dan menangkis pedang Ganevo. Ia melihat Ganevo berdiri tegak dengan memegang pedangnya..
"Jadi kau yang menggagalkan aku melakukan ritual ini!?" seru Qorin.
"Benar. Kami yang telah menyerangmu!" Jawab Ganevo. Apa yang ingin kamu lakukan terhadap Elena?!"
"Kalian tidak perlu tahu!" Seru Qorin. Mata merahnya tampak sangat menyeramkan.
"Aku tahu kalau kau memberikan sugesti negatif ke Elena. Sugesti itu kau berikan ke Elena karena Elena baru saja disakiti temannya. " Brilliant berjalan mendekati Qorin, tetapi tangan Ganevo menghalangi Brilliant.
"Biar aku yang bereskan dia." Kata Ganevo pelan.
Qorin tersenyum licik. "Kau benar. Aku sengaja membuat Elena benci ketemannya. Dan secara perlahan tapi pasti akan menghancurkan psikologi Elena karena perbuatan buruknya,"
"Kau jahat!" Vero menunjukkan wajah marahnya. "Kau telah menyeretnya ke dalam jurang kehinaan!"
"Kalian ini benar-benar bodoh!" ujar Qorin.
"Bodoh? Kalau Elena bisa memakai pikiran positif, berarti secara tidak langsung menunjukkan kalau ia pintar!" Brilliant tetap tenang walau tangannya gemetar menahan amarah.
"Jadi, kalian ingin bertarung denganku?" Tanya Qorin. Ia tersenyum seperti sedang merencanakan sesuatu. Ketiga pangeran hanya menatap Qorin seakan mereka siap untuk melumatnya. Qorin mengangguk, ia mengerti maksud mereka bertiga.
"Tiga lawan satu…. Bagus sekali…"
"Tidak," Ganevo berjalan mendekati Qorin. "Kau harus menghadapiku terlebih dahulu."
Qorin menatap Ganevo tajam. "Baik, aku mulai dari kau dulu," Kemudian ia melirik Brilliant dan Vero, "....Kemudian kalian berdua!"
Ganevo menerjang maju kearah Qorin yang juga menerjang maju kearahnya. Sesaat terjadi ledakan karena benturan dari pedang mereka.
"Fire blast!" teriak Ganevo. Api keluar dari Painful Rush. Dengan gerakan cepat, Ganevo menebas badan Qorin dengan pedang itu. Akan tetapi, Ganevo terkejut melihat Qorin tetap berdiri tegak setelah badannya tersayat oleh pedang Ganevo.
"Boleh juga, bocah.." Qorin memutar pedangnya. "Tapi itu belum seberapa…"
"Dust halley!" Seketika itu, kabut hitam menyelimuti Ganevo sehingga ia tak bisa melihat keberadaan Qorin. Qorin menggunakan kesempatan itu untuk menebas Ganevo berkali-kali.
Setelah kabut itu menghilang, Brilliant dan Vero melihat Ganevo yang berdiri tegak, tetapi badannya penuh luka. Vero maju dan mengeluarkan panahnya, tetapi Ganevo menggeleng kearah Vero.
"Jangan sekarang, aku belum kalah!"
"Tapi, Vo…"
Ganevo tetap menggelengkan kepalanya. Lalu, Brilliant menarik mundur Vero.
Pertarungan dilanjutkan. Ganevo menerjang maju kearah Qorin. Begitu juga Qorin.
"Stream Rush!" Dengan seketika, keluar api yang mengelilingi disekitar Qorin. Ganevo mengarahkan pedang kearah Qorin, tiba-tiba Qorin menghilang.
"Apa?! Hilang?!"
Ketika rasa terkejutnya belum hilang, tiba-tiba Qorin muncul dibelakang Ganevo
dan menusuk punggung Ganevo. Darah segar berjatuhan ke tanah. Ganevo lansung jatuh tersungkur ke tanah.
"Kau ini lamban," Qorin tersenyum kearah Vero dan Brilliant yang berlari mendekati Ganevo.
"Ganevo!" Vero mengguncangkan tubuh Ganevo. Tapi usahanya sia-sia.
"Vero! Cepat berdiri!" Brilliant menarik tangan Vero. Vero berdiri dengan tatapan masih tertuju pada Ganevo.
"Sekarang tinggal kalian berdua," Qorin tersenyum licik. Dan tanpa basa-basi, Qorin menyerang Vero dan Brilliant.
Brilliant mengendalikan elemen tanah dengan Aurora Crush di darat, sedangkan Vero menyerang di udara. Strategi itu nampaknya membuat Qorin sedikit kewalahan. Ditambah dengan luka yang dibuat oleh Ganevo membuat gerakannya tidak segesit saat melawan Ganevo.
"Rock stream!" Brilliant mengarahkan serangan batu-batu tajam kearah Qorin secara cepat. Ternyata Qorin lebih gesit dari perkiraan Brilliant, ia menghindar serangan secara cepat.
"Stone crash!" Qorin menghentakkan tanah dan mengarahkan batu-batu yang besar dengan cepat ke Brilliant.
"Mount wall!" tembok tanah muncul dari segala arah untuk melindungi Brilliant dari serangan Qorin. Namun, kekuatannya lebih cepat, sehingga serangan menembus tembok tanah itu.
ZRASH!!
Dengan gerakan yang cepat, batu-batu itu menghantam tubuh Brilliant. Darah mengalir deras dari tubuh Brilliant. Kemudian, ia jatuh tak sadarkan diri.
"Brili!" jerit Vero tertahan. Qorin yang melihatnya tertawa keras. Tawanya yang menggema memekakkan telinga Vero.
"Sekarang giliran kamu." Sekarang Vero semakin bingung. Ia tidak yakin bisa melawan Qorin. Apalagi senjatanya adalah arrow spin, sejenis panah.
Qorin bersiap mengeluarkan kekuatan andalannya.
"Dust Halley!" Dalam sekejap, pandangan Vero terhalang oleh kabut hitam.
"Tornado!" Vero menembus kabut hitam tersebut sebelum Qorin menghabisinya.
Qorin tersenyum sinis kearah Vero."Ternyata kau gesit juga."
Vero mengumpulkan angin di gengaman tangan kirinya dan menarik busur panahnya.
"Wind arrow!" Puluhan panah mengarah ke Qorin dan siap menusuknya.
BUMM!!
Puluhan panah tersebut menembus tembok tanah! Ternyata Qorin melindungi dirinya dengan tembok tanah.
Ternyata salah satu panah Vero menancap di lengan kanan Qorin. Ia mencabut panah itu. darah mengalir dari lengannya.
"Kurang ajar kau!" teriak Qorin. Ia menerjang maju.
"Tornado!" putaran tornado siap untuk menghantam Qorin, namun dengan cepat Qorin menghilang dari hadapannya.
"Apa?!"
Tiba-tiba, Qorin muncul dibelakangnya.
Ketika Vero menengok ke belakang, Qorin dengan senyum sinisnya mengumpulkan kekuatan tempurnya dalam kedua tangannya.
"Terimalah ini! Stone crash!"
Anehnya, Vero tidak bergerak sama sekali sampai akhirnya batu itu menghantam tubuhnya dan membuatnya terjatuh ke tanah.
"Inilah akibatnya jika kalian menentangku…" Qorin menghilang dari tempat pertarungan.
****
Setelah mendengar cerita itu, Hanif mengangguk dan langsung berdiri. "Kita harus cepat mencari Ferynz! Fisaratku mengatakan bahwa Ferynz akan bertarung dengan Qorin."
"Fisaratku juga sama, Nif." Sahut Brilliant. "Kekuatan Ferynz tidak cukup kuat menghadapi Qorin."
"Kalau begitu, kita harus cepat-cepat menemukan Ferynz!" sahut Ganevo.
Keempat pangeran kemudian pergi mencari Ferynz.
****
Diwaktu yang sama, Ferynz berhadapan dengan Qorin. Ferynz mengenggam Silver Wave ditangan kanannya, menandakan ia siap untuk bertarung.
"Apa yang ingin kau lakukan?" Ferynz bertanya dengan nada dingin.
"Kau tidak perlu tahu," Qorin lalu mencoba memberi sugesti jahat ke Elena. Ferynz tidak tinggal diam. Ia langsung menyabet tangan kanan Qorin, namun Qorin berhasil menghindar.
"Jadi kau ingin bertarung?!" Qorin benar-benar marah. "Apa kau ingin merasakan seperti yang dialami teman-temanmu?"
Ferynz mengertakkan rahangnya, namun ia berusaha fokus. "Aku tidak peduli seberapa besar resikonya!"
Qorin menerjang maju. "Dasar bodoh! Kau akan menghadapi resiko yang amat besar!"
Qorin dan Ferynz saling beradu senjata. Kali ini Qorin memakai pedangnya untuk menyerang Ferynz. Gerakan Ferynz menghindari serangan Qorin nampak seperti tarian, sangat lentur dan cepat.
"Frozen Ice!" seketika pedang Ferynz berubah menjadi es dan benda dihadapannya membeku.
"Apa cuma itu seranganmu?" Qorin memanasi Ferynz.
"Wave Rush!" Ferynz membuat gelombang air besar muncul dan siap untuk meluluhlantakkan serangan Qorin.
"Frozen ice!" gelombang itu membeku lalu hancur. Nampak di hadapan Ferynz, sekujur tubuh Qorin terluka.
"Ternyata kau hebat juga!" Qorin tersenyum sinis ke Ferynz. "Tapi kau tidak bisa mengalahkanku!"
Kemudian, Ferynz dengan cepat berhasil menyabet kaki kanan Qorin untuk melumpuhkannya.
Saat itu juga, Qorin akhirnya menyerang Ferynz bertubi-tubi sampai ke air terjun. Dengan cepat, Ferynz bersalto dan siap menghunuskan pedangnya.
"Ini seranganku, Qorin! Wave rush!" Ferynz menyerang kembali dengan gelombang tsunaminya. Kali ini ia berhasil menghindarinya dan berada di depan Ferynz.
"Selamat tinggal, pangeran tampan…." Kata Qorin pelan.
Dengan secepat kilat, ia menusukkan pedangnya ke dada Ferynz. Ferynz memegangi dadanya dan memuntahkan darah segar. Kemudian ia roboh tak sadarkan diri.
Qorin tertawa keras. "Sekarang kau tidak bisa berbuat apa-apa lagi…" kemudian ia mengubah dirinya menjadi Ferynz. "Aku akan menghabisi seorang lagi… dan tak ada yang bisa menghalangi niatku…."
****
Diperjalanan, keempat pangeran belum juga menemukan Ferynz.
"Ferynz!" Panggil Vero.
Brilliant mencoba mengutak-atik alat detektornya, tetapi alat itu tidak bisa mencari keberadaan Ferynz. "Alat ini masih error. Tempat ini dikelilingi aura negatif."
" Sepertinya aku merasakan kehadiran Qorin disini." Kata Hanif pelan. Ia berusaha agar sahabat-sahabatnya tidak panik dengan fisaratnya.
"Tunggu!" Ganevo menghentikan langkahnya. "Orang itu…. Sepertinya ia Ferynz…."
"Hah? Dimana, Vo?" Tanya Vero.
Ganevo menunjuk seseorang yang berada di atas bukit. "Itu, disana."
"Kamu tidak salah lihat, kan?"Nampaknya Brilliant tidak yakin.
"Lebih baik kita kesana saja. Siapa tahu itu Ferynz." Saran Hanif.
Keempat pangeran mendaki bukit untuk mengetahui siapa orang itu.
****
Ketika mereka sampai ke atas bukit. Ternyata orang itu adalah Ferynz. Tetapi sikapnya sedikit aneh. Ia terlihat biasa-biasa saja saat melihat keempat temannya.
"Ferynz!" Teriak Vero. "Dari tadi kamu kemana? Kalau kabur bilang-bilang padaku!"
Ganevo menyikut Vero. "Dasar bodoh! Mana ada orang kabur bilang-bilang!"
"Dasar Sirik!" Vero membalas Ganevo.
"Sudahlah! Jangan bertengkar." Hanif melerai mereka berdua. Sedangkan Ferynz dan Brilliant hanya terdiam.
Aku yakin, orang ini bukan Ferynz. Aku bisa merasakannya. Batin Brilliant. Kemudian ia menatap Ferynz dengan tatapan curiga. "Mengapa kamu bisa berada di sini?"
"Emm, aku telah bertarung dengan Qorin."
"Terus, apa yang kau lakukan dengannya?"
Ferynz yang sebenarnya Qorin mengerutkan dahinya. 'Kok mereka baik-baik saja?' Ia berbicara dengan Brilliant. "Aku nyaris saja dibunuh oleh dia. Tetapi aku berhasil membunuhnya."
"Hebat sekali kau!" seru Vero kagum. Ia menepuk-nepuk pundak Ferynz.
Ganevo yang mendengar jawaban Ferynz mulai menatap Ferynz curiga. Intuisiku sepertinya bertentangan dengan yang dikatakan Ferynz. Apa dia… bukan Ferynz?
"Ada apa, Vo?" tanya Ferynz melihat Ganevo yang terdiam.
"Emm, tidak ada apa-apa."
Hanif yang melihat kecurigaan Brilliant dan Ganevo hanya mengangguk sekali. Sejak Ferynz palsu itu datang, Ia sudah tahu bahwa orang itu bukan Ferynz, tetapi Qorin. Terlihat dari aura yang dilihat oleh Hanif.
Hanif menarik tangan Ferynz, "Aku ingin bicara denganmu."
Ferynz yang ditarik tangannya jelas kaget. Hey! Untuk apa dia menarikku?! Tapi, Ini kesempatan bagus! Peluangku semakin besar untuk membunuhnya.
"Hanif, ada urusan apa kau dengan Ferynz?" Tanya Vero.
"Aku ingin bicara dengan Ferynz secara empat mata. Kalian disini saja." Hanif mengedipkan sebelah mata ke Brilliant sebagai kode bahwa Brilliant harus mengatakan hal yang sebenarnya tentang Ferynz palsu. Brilliant mengangguk.
"Kami akan tetap disini." Kata Brilliant.
****
Sepeninggalan Hanif, Brilliant dan Ganevo berusaha meyakinkan Vero bahwa orang yang tadi itu bukanlah Ferynz.
"Ro, orang yang bersama kita itu bukan Ferynz." Kata Brilliant.
Vero kaget. "Kamu bicara apa, Brili?"
"Brili benar, Ro. Orang tadi itu bukan Ferynz. Sikapnya aneh dan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal!" Ganevo mendukung Brilliant. "Harusnya kamu menyadarinya!"
"Kalian berdua sungguh aneh!" Vero menjadi jengkel. "Jangan bikin aku pusing!"
"Begini, Ro." Brilliant menatap lekat Vero. "Tidak hanya aku dan Ganevo yang merasakannya, Hanif juga merasakannya. Kau ingat bahwa Ferynz mengatakan bahwa ia berhasil membunuh Qorin?" Vero mengangguk.
"Ia bohong. Aura Ferynz itu biru, sedangkan Qorin auranya kelabu. Karena kekuatan aura biru dan aura abu-abu sama-sama kuat." Brilliant masih mencoba menyakinkan Vero.
Vero bisa menangkap maksud Brilliant, meskipun masih bingung.
"Ro, kau tahu aku ini saudara kembar Ferynz. Tentu aku sudah tahu jika orang tadi bukanlah Ferynz,"
"Kami tidak pernah berbohong kepadamu…." Ganevo menyakinkan Vero. Akhirnya Vero mengangguk juga. Brilliant dan Ganevo bernafas lega.
****
Sesampainya ditempat yang jauh dari teman-temannya, Hanif dan Ferynz berhenti di padang rumput yang gersang.
"Aku tahu, kau bukanlah Ferynz." Hanif mengeluarkan pedangnya. "Katakan, dimana kau sembunyikan Ferynz?"
Ferynz palsu tampak terkejut. "Apa maksudmu, Nif? Aku ini Ferynz!"
"Aku tidak keberatan untuk bertarung denganmu…" Hanif mengarahkan pedangnya ke Ferynz palsu. "Jika kau tidak mau mengatakan dimana Ferynz."
Ferynz palsu tersenyum licik. " Jadi… kau pikir aku bukan Ferynz?"
"Tentu saja bukan, Qorin… apa kita harus berduel dulu untuk membuktikannya?"
"Kau memang pintar!" Dengusnya. "Namun sayangnya, kau akan kalah dalam duel ini!" Ferynz palsu kemudian kembali ke wujud aslinya, Qorin.
Mereka berdua memasang kuda-kuda sebelum berduel. Dengan tenang, Hanif memantapkan kuda-kudanya dan mengenggam erat pedangnya. Sedangkan Qorin merapalkan mantra.
Qorin mengayunkan kedua tangannya lalu berseru. "Portovemus!"
****
Mantra yang diucapkan oleh Qorin adalah mantra pemanggil pasukan kegelapan. Ia mentransferkan pasukan itu ke tempat ketiga pangeran.
"Makhluk apa ini?!" Tanya Vero bingung. "Kenapa bisa ada disini?"
"Ini bawahan Qorin! Mereka….." Ganevo tidak melanjutkan kata-katanya. Ia menepis serangan dari pasukan kegelapan.
Tetapi, Brilliant tidak ikut menghabisi pasukan kegelapan. Ia malah berlari menjauhi kedua temannya.
"Brili! Kamu mau kemana?" Teriak Vero.
Brilliant tak menjawab. Ia terus berlari, kemudian ia berteleportasi dan menghilang.
"Bagus! Tadi Hanif meninggalkan kita, sekarang Brilliant!" keluh Ganevo sambil menyerang pasukan kegelapan. Kenapa kita jadi berpencar seperti ini lagi? Batinnya.
****
Kemudian ditempat Hanif dan Qorin berduel, keadaan menjadi semakin panas, Hanif mengeluarkan elemen cahayanya, sedangkan Qorin mengeluarkan elemen kegelapannya. Tak hanya itu, mereka juga saling beradu senjata. Pedang yang saling beradu menimbulkan percikan api yang membakar rerumputan kering.
"Lightning attack!" petir menyambar tubuh Qorin.
Qorin masih berdiri tegak meskipun ditubuhnya bertambah lukanya.
Ketika Hanif melompat ke udara, Qorin mengarahkan pedangnya kearah Hanif.
CRASH!!
Pedang Qorin menebas lengan kanan Hanif. Darah segar mengalir dari lengannya.
Hanif memegang pedangnya dengan dua tangan dan berusaha lebih gesit lagi. Darah yang mengucur di lengannya tidak ia pedulikan.
"Stone crash!" batu-batu besar menghantam tubuh Hanif dan berhasil membuat Hanif jatuh tersungkur. Saat itulah kesempatan Qorin untuk membunuh Hanif. Namun tak disangka, Hanif meloncat udara dan secepat kilat menusukkan Magnificent Spirit ke arah Qorin.
"Thunder!"
CRACK!
Pedang Hanif menembus jantung Qorin. Qorinpun roboh ke tanah.
Saat Hanif menengok ke belakang, ternyata ada Vero dan Ganevo. Mereka menghampiri Hanif.
"Hanif! Apa kau…." Ganevo melihat Qorin.
"Ya, aku berhasil merobohkannya…" kemudian tubuh Qorin menghilang. "Oh, iya! Dimana Brili?"
"Aku tidak tahu, Nif. Tiba-tiba aja waktu kita menghabisi pasukan kegelapan, Brili pergi dan ketika aku tanyakan alasannya, ia malah terus berlari." Jawab Vero.
"Apa ada alasan yang jelas mengapa Brilliant pergi mendadak?" gumam Ganevo.
"Pasti ada alasannya…." Kata Hanif.
"Eh, Nif. Lenganmu kenapa?" Tanya Ganevo. Hanif baru sadar kalau lengannya terluka.
"Saat aku bertarung dengan Qorin, lenganku terkena sabetan pedang Qorin…Nanti aku akan mengobatinya sendiri. Lebih baik sekarang kita mencari Ferynz."
Ganevo dan Vero mengangguk setuju.
****
Tetapi, ketika mereka baru melangkahkan kaki, mereka melihat Brilliant sedang memapah Ferynz yang tak sadarkan diri. Ketiga pangeran segera mendekat ke mereka berdua.
"Brili! Kamu…" seru Vero.
"Maaf telah meninggalkan kalian berdua." Kata Brilliant. Iapun segera membaringkan saudaranya.
"Hanif, luka yang dialami Ferynz ini karena pedang menembus dada, tapi hampir mengenai jantung." Brilliant memberikan analisa tentang luka Ferynz. "Kamu harus bisa mengobatinya secepat mungkin." Hanif mengangguk mengerti.
Saat Hanif sedang mengobati Ferynz, Ganevo dan Vero terus mendesak Brilliant untuk menceritakan mengapa ia pergi meninggalkan mereka berdua saat melawan pasukan kegelapan.
"Ayo, Brili! Katakan alasanmu mengapa kamu meninggalkan kita terus datang-datang membawa Ferynz." Bujuk Vero.
"Aku juga ingin tahu mengapa kau bisa mengtahui keberadaan Ferynz, padahal kau bilang alat detektormu rusak." Kata Ganevo.
Brilliant menghela nafas panjang. "Baiklah. Akan aku ceritakan."
****
Alasan Brilliant mengapa ia meninggalkan Ganevo dan Vero adalah aura jahat yang sembari tadi mengelilingi tempat tadi telah berkurang, sehingga alat detektor Brilliant bisa berfungsi.
Dengan menggunakan alat detektornya, Brilliant berhasil melacak keberadaan Ferynz. Iapun berlari mendekati Ferynz. Ia melihat banyak darah menodai kemeja Ferynz. Ia memegang tangan Ferynz. Tangannya dingin seperti es.
Brilliant memeluk saudaranya dan memeriksa denyut nadinya. Ternyata denyut nadinya masih berdenyut.
"Syukurlah kamu masih hidup Ry..." Brilliant seperti berkata pada dirinya sendiri.
Ia pun memapah Ferynz dan karena ingin sampai dengan cepat, ia menggunakan teleportasi. Dan untungnya, ia bisa bertemu teman-temannya.
****
"Begitulah ceritanya…" Brilliant mengakhiri ceritanya. Kedua temannya mengerti akan hal itu.
"Harusnya kamu mengajak kami…" kata Ganevo.
"Tadinya aku juga ingin mengajak kalian berdua, namun kalian tahu sendiri, kalau tidak cepat-cepat ditolong, Ferynz bisa kehilangan nyawanya." Jelas Brilliant.
"Oh. jadi itu alasannya." Sahut Vero. Ganevo mengangguk mengerti.
Kemudian Hanif memanggil ketiga temannya. "Cepat kemari! Ferynz sudah sadar…"
Ketiga pangeran menghampiri Hanif dan Ferynz. Ferynz terbatuk-batuk dan menatap teman-temannya. Ia memegangi dadanya yang masih terasa sakit.
"Kalian…semua….ada disini?" Tanya Ferynz dengan suara pelan dan lemah.
"Kami semua mencemaskanmu, Ry…" kata Ganevo.
"Dari tadi kita mencarimu, Ry! Aku takut kamu tidak bisa kita temukan!" kata Vero setengah berteriak.
"Bagaimana kamu bisa seperti ini?" Tanya Ganevo.
"Ceritanya panjang…" Kata Ferynz. Ia terbatuk-batuk.
"Ceritanya nanti saja…" Hanif beralih ke Ferynz. "Ferynz, kondisimu masih lemah. Sebaiknya kamu istirahat dulu."
"Untuk waktu istirahatmu…." Brilliant mengecek kondisi tubuh Ferynz. "Antara 1 sampai 2 jam. Jangan bergerak terlalu banyak." Ferynz mengangguk.
"Oke! Selamat istirahat!" Vero mengedipkan sebelah matanya.
Ferynz tersenyum. Ia kembali berbaring dan memejamkan matanya untuk istirahat sejenak.
"Brilliant, bisakah kamu menjaga Ferynz sebentar?" tanya Hanif.
Brilliant mengangguk, "Tentu saja."
****
Sembari menunggu Ferynz istirahat, Vero dan Ganevo menatap lekat-lekat ke Hanif.
"Ada apa? Apa ada yang aneh denganku?" Tanya Hanif heran.
"Kok kamu bisa melumpuhkan Qorin? Sedangkan kami bertiga tidak bisa melumpuhkannya?" Tanya Ganevo.
"Iya! Kau hebat, Nif! Bagaimana cara mengalahkannya?"sahut Vero.
Hanif mengerutkan dahi. Tak lama kemudian ia tersenyum.
"Kalian salah. Seharusnya aku yang bilang kalian yang hebat." Ganevo dan Vero tertegun mendengar pernyataan Hanif.
"Kok begitu? Kan aku, Vero dan Brilliant tidak bisa melumpuhkannya. Ferynz juga."
"Justru itu. Karena Qorin telah bertarung dengan kalian berempat, tenaganya menjadi berkurang. Selain itu, karena banyaknya luka ditubuhnya menyebabkan ia kurang gesit."
"Oh," Vero melihat lengan kanan baju Hanif yang berlumuran darah. "Kenapa lengan kananmu?"
Hanif melihat lengan kanannya. "Oh, ini terkena pedang Qorin. Tapi sudah kuobati."
"Aku ingin melihat keadaan Ferynz." Hanif berdiri dan kembali ketempat dimana Ferynz istirahat.
****
Sejam kemudian, Ferynz membuka matanya lalu bangun perlahan.
"Waktu istirahatku sudah selesai, kan?" Tanya Ferynz. "Aku bosan hanya tidur-tiduran seperti ini."
Brilliant tersenyum tipis."Sebenarnya waktu istirahatmu masih banyak, tapi kalau melihat kondisi fisikmu sepertinya sudah membaik."
"Bagaimana keadaanmu, Ry?" Tanya Hanif.
"Sudah membaik."
"Ry, apa benar kamu bertarung dengan Qorin?" Tanya Ganevo. Ferynz mengangguk.
"Tapi saat bertarung, gerakanku kurang gesit. Jadinya seperti ini." Ferynz menghela nafas. "Kau tahu, Qorin telah memberi sugesti jahat kepada Elena. Tentu saja aku tidak akan membiarkannya." Mata coklat emas Ferynz menatap keempat temannya. "Terima kasih. Kalian sudah menolongku. Maafkan aku jika telah membuat kalian cemas."
"Tidak apa. Kita kan sahabat!" kata Vero dan Ganevo bersamaan.
"Kita harus berhati-hati agar kejadian yang sama tidak terulang lagi," Hanif mengedipkan matanya. "Dan aku juga berharap agar kita tidak berpencar-pencar lagi seperti tadi."
"Setuju!" kata empat pangeran.
"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh!" Vero meneriakkan kata-kata yang biasa didengarnya dari Elena.
"Dalam keadaan apapun, kita tidak boleh berpencar lagi." harap Ferynz.
Akhirnya kelima pangeran berjanji dalam diri mereka masing-masing agar tidak berpencar lagi.